MERETAS GENERASI BERKUALITAS DI RAMADHAN YANG BERKUALITAS

MERETAS GENERASI BERKUALITAS DI RAMADHAN YANG BERKUALITAS

Generasi menempati tempat yang amat penting dalam kemajuan dunia. Sebab generasi sekarang pasti menjadi pelanjut generasi sebelumnya, dan generasi mendatang pasti menjadi pelanjut generasi saat ini. Generasi sekarang, tentu ingin memperbaiki hal buruk dari generasi sebelumnya, sedang generasi mendatang tentu ingin lebih baik dari generasi saat ini.


Dalam sejarah kebangkitan bangsa-bangsa, pemuda atau generasi muda selalu memiliki peran yang besar dan strategis, karena untuk menuju kebangkitan bangsa dibutuhkan                energi yang kuat berupa keyakinan yang kuat, ketulusan, semangat yang jujur, kesungguhan dalam kerja dan pengorbanan.

Dalam hal ini, pemudalah yang berpotensi untuk itu, karena pemuda adalah simbol hati yang masih jernih sehingga memiliki keyakinan dan iman yang kuat, kejujuran yang memungkinkan untuk memiliki ketulusan dan keikhlasan dalam beramal, serta semangat yang menggebu yang memungkinkan untuk beramal dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan pengorbanan. 

Namun demikian potensi tersebut sifatnya netral, jika pemuda tidak mendapatkan pembinaan yang baik maka potensi tersebut akan menjadi energi negatif yang merusak diri dan orang lain. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa dalam rangka menyongsong kebangkitan umat, segala program yang mencerminkan perhatian kepada pemuda adalah keniscayaan yang tidak bisa kita abaikan. 

Bangsa yang besar memiliki generasi masa depan yang berkualitas. Sebab merekalah yang akan meretas kemajuan yang dibangun para pendahulunya. Tak salah jika Bung Karno, presiden pertama republik ini, dengan lantang pernah berkata, “Berikan aku 1000 orangtua, niscaya aku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 orang pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Bagaimana fakta generasi muda kita hari ini?

Salah satu ruang pembentukan generasi tangguh adalah di dunia pendidikan. Jenjang pendidikan dari pra sekolah, kelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, lanjutan pertama, lanjutan atas, hingga perguruan tinggi, semuanya adalah tangga-tangga pembentukan karakter generasi. Dalam sekolah ini mereka diajarkan berbagai bidang ilmu, wawasan pengetahuan, dan kepemimpinan diri untuk menyiapkan diri terjun ke tengah masyarakat.

Namun, hasil yang kita lihat saat ini berlumlah berbanding lurus antara idealitas dan pencapaian. Data Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2011, jumlah siswa SMU yang tak lulus ujian nasional mencapai 11.000 orang. Sedang siswa SMK yang tak lulus mencapai 4.655 orang. Untuk tingkat SMP mencapai 20.234 orang tak lulus. Meskipun hasil ini lebih baik dari tahun sebelumnya, tapi merupakan deskripsi belum siapnya generasi muda bangsa membawa dirinya di peradaban modern ini.

Sementara itu, data kementrian tenaga kerja dan transmigrasi, memasuki tahun 2011 jumlah pengangguran mencapai 9,25 juta orang. Anehnya, 80 % dari pengangguran ini justru berstatus sarjana S1, kelompok masyarakat yang justru semestinya lebih mandiri, tidak bergantung pada penerimaan calon pegawai negeri sipili ataupun pegawai swasta perusahaan.

Jika kita mencoba menghitung penggunaan waktu keseharian kebanyakan pelajar Indonesia, ternyata lebih banyak waktu terbuang dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. 8 Jam di sekolah masih diselingi dengan istirahat, olah raga dan tetek bengek lainnya yang dilewati tanpa belajar, dan di ruang kelas sendiri, tingkat konsentarasi mengikuti pelajaran nyaris di titik nol. Sepulang sekolah banyak yang memilih tidur hingga larut sore, atau bermain di luar rumah untuk sekedar "menghabiskan waktu", mengunjungi rumah temannya, ngerumpi, bermain game, atau malah ke tempat-tempat yang mereka anggap lebih mengasyikkan seperti pusat perbelanjaan, tempat wisata dan rekreasi, kafe dan sebagainya. Adapula yang memilih menghabiskan waktu dengan nongkrong di keramaian jalan sambil menikmati rokok, dan bahkan mengkonsumsi minuman beralkohol serta ada yang berani menyalahgunakan narkoba. Apalagi bila perhitungan itu ditambah dengan waktu libur dan agenda khusus sekolah, maka kita akan mendapatkan kenyataan dimana begitu banyak waktu pelajar yang terbuang percuma tanpa diisi dengan kegiatan yang mesti lebih berisi dan lebih berkualitas buat mereka.

Data-data ini menjadi ukuran betapa memiriskan dan mengkhawatirkan generasi bangsa ini dari ukuran pendidikan. Belum lagi jika kita bicara dari segi gaya hidup.

Terlihat jelas di berbagai media massa, bagaimana remaja saat ini yang cenderung hedonis, cuek dengan kedisiplinan, nyaris tanpa tata krama dan akhlak mulia, dan terlibat berbagai tindakan kriminal; dari mencuri, copet, ataupun lebih dari itu. Yang paling menyedihkan tentu, pergaulan bebas. Pacaran hingga seks bebas telah merampok rasa malu dan rasa takut mereka akan nilai-nilai agama. Bukan hal luar biasa lagi jika kita melihat pasangan remaja berangkulan hingga berciuman di depan umum. Dan tahukah kita, angka aborsi setiap tahun yang berhasil dilacak oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mencapai 2,4 juta kasus aborsi. Dan yang paling mengerikan, 800 ribu kasus aborsi itu dilakukan oleh remaja yang bisa dipastikan, 99 % karena hamil di luar nikah. Naudzubillah.

Tentu yang kita harapkan pada generasi kita bukanlah seperti fakta-fakta tadi. Saya yakin dan percaya, kita mengimpikan mereka menjadi generasi yang terbaik untuk agama, keluarga, dan bangsa ini. Kita merindukan mereka menjadi generasi unggul dan generasi yang berkualitas. Bagaimana agar hal itu tercapai?

Setidaknya ada 4 dimensi yang patut kita perhatikan dalam mencetak generasi unggul nan berkualitas ini:

1) Dimensi Biologis
2) Dimensi Kognitif
3) Dimensi Moral
4) Dimensi Psikologis

Maka, untuk menciptakan generasi unggul generasi berkualitas itu, setidaknya 2 hal besar yang patut kita lakukan, yakni:

Pertama
menjadikan agama sebagai landasan utama dalam menapak kehidupan. Agama adalah ideologi, dasar berpikir, dan dasar bertindak. Nilai-niali agama terejawantahkan dalam keseharian, secara kultur, fisik, hingga pola hidup. Setiap anggota rumah tangga, memahami bahwa iman adalah kuncu kesuksesan. Di sinilah tanggungjawab orangtua dalam mendidik dan membentuk anak mengetahui hal tersebut. Rumah menjadi indah karena terbangun shalat berjamaah, tadarus Al Qur’an bersama, hingga sesekali sahur bersama untuk puasa sunnah bersama. Kedekatan orangtua dan anak yang baik akan membentuk akhlak yang baik pula, sebab orangtua membangunnya dengan kejujuran dan keterbukaan. Insya Allah, anakpun akan jujur dan terbuka atas berbagai masalah mereka. Generasi unggul akan lahir benih dan kebaikan yang diridhai Allah Swt. 

Kedua
membentuk diri dan keluarga yang cinta ilmu pengetahuan. Disiplin belajar dan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu tak terbatas akan keilmuan. Hal ini akan meciptakan pribadi yang tekun dan berkemauan kuat untuk maju dan sukses yang sesungguhnya. Bentuklah budaya rajin membaca, suka menulis, dan senang mendiskusikan hal-hal yang bermanfaat. Generasi berkualitas hanya dibentuk dari tempaan yang terarah, melewati berbagai riak-riak kehidupan, hingga menjadi pribadi yang memiliki semangat juang dan visi hidup.

Jika dua hal di atas dapat kita wujudkan pada generasi hari ini, insya Allah kita akan menemukan generasi yang unggul dalam iman dan takwa dan berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Keduanya akan berkolaborasi dalam satu pribadi yang berjiwa pejuang dan bermental mandiri. Berdasarkan hadis Nabi Saw: setidaknya ada 7 karakter generasi unngul dan berkualitas yang akan mereka miliki:

1. As Shiddiq, jujur.
Menghindari dusta, mengungkapkan yang benar.
2. Al Amanah, memegang teguh amanah.
Tidak khianat dan disiplin.
3. Al Mas’uliyah, bertanggungjawab.
Menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas.
4. At Tawadhu, rendah hati.
Tidak angkuh bila benar, lapang dada menerima nasehat bila salah.
5. Al Karam, pemurah.
Senantiasa menolong dan senang bersedekah.
6. As Syaja’ah, pemberani.
Percaya diri, yakin pada kemampuan, dan optimis.
7. Al Haya’, malu.
Memahami kekurangan diri, sopan lagi santun.

Generasi unggul generasi berkualitas bukanlah sekedar mimpi, jika kita semua berniat dan bekerja keras mewujudkannya, pada diri kita, maupun pada anak-anak kita semua. Allah Swt pasti akan memberikan yang terbaik.

Ramadhan adalah momentum terbaik, meretas generasi berkualitas, generasi kita. Tentu saja ketika Ramadhan kita, Ramadhan yang berkualitas Pula.

* Penulis adalah Warga Istiqamah 1 Pesantren Darul Istiqamah Pusat                                              FAKHRUDDIN AHMAD
Previous
Next Post »

Auto Like Facebook